Rabu, 12 Januari 2011

Memahami Model Prilaku Konsumen

Model perilaku konsumen tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik konsumen itu sendiri. Terdapat beberapa rangsangan perusahaan yang mampu mendorong konsumen untuk melakukan suatu pembelian. Hal ini tentu menjadi salah satu strategi “perang” yang harus dikuasai oleh perusahaan yang ingin menguasai pasar.
Secara garis besar, model perilaku konsumen menurut Kotler dapat digambarkan melalui lima variabel penting yang meliputi, rangsangan perusahaan, rangsangan lain, karakteristik pembeli, proses keputusan membeli, dan keputusan pembeli. Semua variabel-variabel tersebut saling mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pembelian.
1. Rangsangan Pemasaran
Rangsangan pemasaran sepenuhnya dipengaruhi oleh usaha perusahaan dalam menarik minat beli konsumen. Dalam hal ini, perusahaan bisa melakukan rangsangan kepada konsumen melalui beberapa kegiatan, seperti memperkenalkan keunggulan produk yang akan dijual, memberikan diskon atau potongan harga terhadap produknya tersebut, memilih tempat atau lokasi penjualan yang cocok, serta melakukan berbagai langkah promosi melalui iklan atau semacamnya.
2. Rangsangan Lain
Rangsangan lain yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian terhadap suatu produk, di antaranya adalah situasi ekonomi, perkembangan teknologi, pengaruh politik, dan pengaruh budaya (luar) yang dirasakan oleh konsumen secara langsung.
Jika situasai ekonomi yang tengah dialami konsumen berbanding lurus dengan ketiga faktor lainnya, bukan mustahil keputusan pembelian akan segera diambil. Begitu pula, sebaliknya. Jika situasinya berbanding terbalik, jangan harap akan muncul keputusan pembelian dari konsumen.
3. Karakteristik Pembeli
Variabel terpenting dari model perilaku konsumen adalah karakteristik pembeli itu sendiri. Karakteristik itu meliputi, faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologis. Faktor budaya ini nantinya akan melahirkan kelas sosial tertentu dalam pembelian produk, yaitu kelas sosial golongan atas, kelas sosial golongan menengah, dan kelas sosial golongan rendah.
Sementara itu, faktor sosial yang mempengaruhi perilaku konsumen, meliputi kelompok acuan, keluarga, dan peran serta status si konsumen itu dalam masyarakat. Faktor pribadi yang mempengaruhi perilaku konsumen, meliputi umur, pekerjaan, kondisi ekonomi, dan gaya hidup si konsumen. Faktor psikologis, meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran, dan keyakinan serta sikap si konsumen terhadap produk yang akan dibeli.
4. Proses Keputusan Membeli
Proses keputusan membeli ini didapat setelah si konsumen melakukan tahap pengenalan terhadap suatu produk, pencarian informasi lain, evaluasi keunggulan dan kelemahan produk, sampai terciptanya keputusan pembelian dan keputusan pascapembelian. Jika semua tahapan ini bernilai positif, pemakaian terhadap suatu produk akan berlangsung secara kontinyu.
5. Keputusan Pembeli
Variabel terakhir dari model perilaku konsumen adalah keputusan pembeli. Dalam hal ini, keputusan pembeli akan menghadirkan suatu keputusan terbaik menyangkut pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian, dan jumlah produk yang akan dibeli.
Itulah model perilaku konsumen menurut Kotler yang dapat dianut dan dikembangkan oleh para pengusaha sebagai alat untuk menggapai tujuan pemasaran.
Sumber http://www.anneahira.com/model-perilaku-konsumen.htm

Jadilah Konsumen Cerdas

TELITI sebelum membeli, waspada sebelum terpedaya. Itulah pesan yang disampaikan Yayasan Bina Konsumen Bandung lewat iklan layanan masyarakatnya. Dalam leaflet yang disebarkannya, yayasan ini mengajak masyarakat untuk menjadi konsumen yang cerdas dan kritis.Konsumen yang cerdas dan kritis adalah konsumen yang mengerti hak dan tanggung jawabnya pada saat hubungan jual beli. Hak konsumen adalah mengetahui dengan pasti dan jaminan aman dari setiap barang yang dibelinya. Caranya adalah dengan memeriksa dengan cermat setiap barang yang akan dibelinya.Sementara dari pihak produsen selaku penyedia barang yang akan diperjual belikan, harus memberikan informasi yang jelas pula. Semakin jelas informasi yang diberikan produsen yang mengeluarkan barang tersebut, kian memungkinkan produsen tersebut menerima pengaduan bila terjadi satu dan lain hal setelah transaksi dilakukan. Untuk pembelian makanan kemasan yang diobral, masyarakat harus memperhatikan dengan cermat label kemasan barang yang akan dibelinya. Dalam label kemasan itu dicantumkan nomor dan kode produksi dengan cap SNI (Standar Nasional Indonesia), mencantumkan pula tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa, termasuk mencantumkan bahan dan kandungan yang digunakan. Hal sama berlaku bagi kosmetik dalam kemasan. Hanya saja dalam mencantumkan huruf kode produksi ada perbedaan menonjol. Kode produksi untuk makanan memakai inisial huruf MD (Makanan Dalam) negeri dan ML (Makanan Luar) negeri. Sementara untuk kode produksi peralatan kosmetik dengan inisial CD (Cosmetic Dalam) negeri dan CL (Cosmetic luar) negeri.Untuk memastikan bahwa diskon yang diberikan adalah diskon murni dan bukan diskon yang sudah dinaikkan harganya lebih dahulu, tidak ada salahnya para pembelanja bertanya kepada SPG, sehingga informasi lebih terperinci.Begitu pula untuk pembelian sepatu atau barang-barang yang harus dicoba dulu, pastikan untuk mendapat jaminan penukaran bila temya-ta ada satu dan lain hal setelah dibeli. Hak pembeli adalah bertanya dan hak penjual adalah memberikan informasi dengan lengkap dan jujur tentang barang yang diperjualbelikannya.
Jika Anda sedang merancang akan belanja pada akhir tahun ini dan mengejar diskon besar-besarannya, idealnya gunakan uang tunai. Dengan demikian, pembelajaan tetap terkendali. Kalaupun ingin menggunakan kartu kredit, pastikan pembayarannya sebelum jatuh tempo. Atau gunakan kartu kredit hanya untuk mengejar fasilitas-fasilitas yang diberikan bank pengeluar kartu kredit tersebut (Eriyanti/"PR")***
Sumber http://bataviase.co.id/detailberita-10398352.html